Rel Kereta MRT Jakarta Selesai Dipasang Awal Tahun Depan
Mengangkat topik utama profil rel kereta MRT Jakarta, Selasa (26/9) kemarin PT MRT Jakarta menggelar acara “Forum Jurnalis dan Blogger MRT Jakarta” di Strategic Communication and Media Center Kompleks Balai Kota Pemprov DKI Jakarta, Jakarta Pusat. Forum yang dihadiri sekitar 36 jurnalis dan blogger ini adalah agenda kegiatan rutin bulanan dengan tema tertentu, terkait program yang tengah dikerjakan oleh PT MRT Jakarta.
“Agenda rutin ini adalah bagian dari upaya kami untuk selalu menyajikan informasi termutakhir kepada masyarakat,” papar Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, siang itu. “Kami berharap teman-teman media membantu kami mewujudkan hal tersebut,” ujar ia. Hadir pula dalam forum ke-11 ini, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, yang banyak berbicara tentang struktur dan jenis rel yang digunakan oleh kereta MRT Jakarta nantinya.
Per 25 September kemarin, pengerjaan konstruksi sipil proyek MRT Jakarta telah mencapai 80,15 persen, dengan rincian konstruksi jalur layang mencapai 70,16 persen dan jalur bawah tanah 90,22 persen. “Hingga kini kami masih optimis pada akhir tahun ini (2017), kami mampu mencapai setidaknya 90-92 persen penyelesaian konstruksi sipil,” tegas William. “Pekerjaan pemasangan rel sendiri telah terpasang 1.360 meter,” tambah ia sembari menunjukkan foto-foto kegiatan pemasangan rel di area Depo Lebak Bulus.
DI kesempatan lain, Silvia menjelaskan salah satu bahan bantalan (sleeper) rel yang baru pertama kali digunakan di Indonesia. “Namanya adalah Fiber-reinforced Formed poly-Urethane (FFU). Beratnya seperti kayu, namun kemampuan kerjanya seperti bantalan beton,” jelas ia sembari menunjukkan foto bantalan berbentuk balok berwarna merah bata tersebut. “Daya tahannya tinggi, mechanical properties-nya baik, oil resistance juga,” tambah ia. Target pihaknya, lanjut Silvia, pada akhir Januari 2018 seluruh pemasangan rel kereta MRT Jakarta fase 1 sudah terselesaikan. “Bantalan FFU ini memang masih impor dari Jepang, namun bantal betonnya sudah buatan Indonesia. Bahkan, bisa dikatakan 60 persen pengerjaan rel adalah produk lokal,” tutur perempuan yang pernah terlibat proyek pembangunan metro di Singapura ini. “Lebar rel kita juga sama dengan yang dipunyai PT KAI, yaitu 1,067 mm. Karena ada kemungkinan untuk terintegrasi di kemudian hari,” jelas ia.
Selain menjelaskan tentang profil rel kereta, William juga menyampaikan perkembangan kesiapan operasi komersial yang telah mencapai 31,93 persen per 22 September kemarin. “Persiapan ini meliputi persiapan institusi dan sumber daya manusia,” tutur ia.
“Saat ini PT MRT Jakarta telah mengirimkan sekitar 20-an calon instruktur masinis untuk mengikuti pelatihan di Rapid KL, salah satu operator MRT di Kuala Lumpur, Malaysia,” ujar ia. “Ke depannya, MRT Jakarta akan mengirim 60 orang calon masinis untuk belajar dan mendapatkan sertifikasi dari Malaysia,” tandasnya.
Informasi lebih lengkap tentang teknologi yang digunakan dalam proyek kereta MRT Jakarta fase 1 ini dapat ditemukan di www.jakartamrt.co.id dan kanal-kanal media sosial resmi perusahaan. [NAS/CP]