William: Keamanan dan Keselamatan Kerja adalah Bisnis Kami
Aspek keselamatan selalu mendekatkan pada pembangunan yang berkualitas. Proses penyiapan pengerjaan proyek MRT Jakarta yang cukup panjang, memberikan kesempatan untuk menempatkan aspek keselamatan dan kualitas proyek sebagai inti bisnis perusahaan. Selain itu, dalam kontrak kerja konstruksi, aspek keselamatan dan kualitas kerja adalah aspek dasar yang harus dipenuhi. Pengerjaan proyek MRT Jakarta pun menempatkan peran penyelia dan kontraktor agar selalu mengedepankan aspek keamanan dan selamatan kerja. Perusahaan juga secara rutin melakukan kajian dan audit terhadap proyek.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar dalam program “Economic Challenges” di studi Metro TV, Jakarta, pada Selasa (27/2) kemarin. Program bincang-bincang kali ini, mengangkat tema “Ceroboh, Konstruksi Roboh” dengan menghadirkan pembicara Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi, Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Syarif Burhanudin, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar, Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk M. Choliq, dan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak. Acara dipandu oleh Suryopratomo yang juga Direktur Utama PT Media Televisi Indonesia. Topik acara tersebut menjadi pembicaraan hangat menyusul penghentian sementara sejumlah proyek infrastruktur layang oleh pemerintah, pascakecelakaan kerja di proyek infrastruktur layang yang terjadi enam bulan terakhir.
Menteri Perhubungan menyampaikan bahwa rentetan kejadian ini menjadi sumber evaluasi menyeluruh agar proses pembangunan infrastruktur menjadi lebih baik. “Pemerintah telah meminta laporan setiap kontraktor, lalu diputuskan untuk dilakukan evaluasi sebagai bagian dari menata proses pembangunan dengan lebih baik,” kata Budi Karya Sumadi. “Pemerintah juga memeriksa SOP apakah sudah dijalankan atau tidak,” tambah ia. Keputusan moratorium, lanjut Budi Karya, tidak akan mengganggu target penyelesaian dengan catatan memperbaiki fungsi pengawasan dan menjaga detail pekerjaan dengan baik.
“Kementerian PUPR pun telah memeriksa semua obyek pekerjaan layang, termasuk desain perencanaannya. Juga dilakukan evaluasi pelaksanaan yang dikerjakan oleh Komite Kecelakaan Konstruksi,” kata Syarif Burhanudin. “Hasil pemeriksaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor proyek. PUPR sangat menekankan aspek pengawasan,” ujar Syarif.
William Sabandar lalu menyampaikan hal menarik dalam pengerjaan konstruksi MRT Jakarta. “Yang menarik dari konfigurasi MRT Jakarta adalah adanya sinergi antara kontraktor Jepang dengan kontraktor nasional. Kita (MRT Jakarta) mengadopsi teknologi Jepang, seperti membangun kontruksi jalur bawah tanah dan layang,” jelas William. “Tapi ketika mengerjaan pekerjaan tersebut, 70 persen kegiatan konstruksinya, dikerjakan oleh kontraktor nasional. Sinergi antarkeduanya mampu menghasilkan pekerjaan yang berkualitas, dengan standar keamanan yang baik,” ungkap ia. “Pertukaran pengetahuan memungkinkan kualitas pekerjaan yang baik bisa terjadi. Bahkan, 90 persen pekerja proyek MRT Jakarta adalah pekerja Indonesia. Bagi kami, aspek keamanan dan keselamatan kerja sudah menjadi budaya dan sistem kerja kami,” pungkas William. [NAS]