Fase I MRT Jakarta Capai 96,53 persen
Hingga 25 September 2018 lalu, pekerjaan konstruksi sipil fase I MRT Jakarta telah mencapai 96,53 persen dengan perincian depo dan jalur layang 95,36 persen dan jalur bawah tanah 97,71 persen. Saat ini MRT Jakarta sedang menjalankan System Acceptance Test (SAT) untuk persinyalan dengan mengecek sejumlah hal seperti stop point check, redundancy systems, batas kecepatan, route pattern, balise data confirmation, dan beberapa hal lainnya. Metode pengujian dengan mengetes pada kondisi awal lalu dilakukan penyesuaian sistem (bila ditemukan) lalu pengetesan kembali dilakukan hingga diperoleh standar yang diinginkan.
“Pada November 2018 mendatang akan mulai dilakukan Integration Test and Commissioning (ITC) yaitu tes seluruh sistem perkeretaapian secara terintegrasi yang akan dilakukan oleh kontraktor. Di bulan yang sama, juga akan ada kedatangan empat set kereta terakhir,” jelas Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, ketika memaparkan perkembangan terbaru pembangunan fase 1 MRT Jakarta di hadapan sekitar 30-an jurnalis dalam acara rutin “Forum Jurnalis dan Blogger MRT Jakarta” di Thamrin Nine Ballroom, UOB Plaza, Jakarta Pusat pada Kamis (27-9-2018) lalu “Lalu, pada Desember 2018, akan dimulai tes pergerakan rangkaian kereta nomor dua hingga enam belas di jalur utama sekaligus secara parallel akan dilakukan uji coba sistem secara parsial. Tahun depan, Februari 2019, akan dimulai uji coba operasi sistem perkeretaapian secara penuh oleh MRT Jakarta dan akhir maret 2019 akan dimulai operasi komersial,” lanjut William.
Baca Juga: Kereta MRT Jakarta Gunakan CBTC
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, lalu melanjutkan dengan menerangkan tentang empat hal yang termasuk dalam SAT MRT Jakarta. “Yaitu Overhead Catenary System (OCS) atau tes listrik aliran atas, tes telekomunikasi, tes rel atau track, dan tes persinyalan,” jelas Silvia. “Saat ini, SAT untuk sistem persinyalan masih berlanjut dengan melakukan pengetesan pada Programmable Route Control (PRC) yang akan dilanjutkan dengan Automatic Train Operation (ATO),” lanjut ia. Ia juga kembali mengingatkan bahwa dalam pengoperasian kereta MRT Jakarta, pihaknya menggunakan sistem persinyalan Communication-based Train Control (CBTC) yang dikendalikan dari ruangan Operation Control Center (OCC).
Ada yang berbeda dari acara “Forum Jurnalis dan Blogger MRT” kali ini. Dilaksanakan bertepatan dengan pameran hasil karya sepuluh besar peserta sayembara gagasan desain transport hub Dukuh Atas, kegiatan forum juga mendapatkan perhatian dari sejumlah pengunjung pameran. Dengan antusias mereka mendengarkan paparan direksi yang hadir langsung menyampaikan perkembangan terbaru MRT Jakarta dan sesekali mengambil gambar dari telepon genggam mereka.
Dalam forum ini pula, William sempat menyinggung sedikit tentang vandalisme kereta MRT Jakarta yang terjadi kurang dari seminggu yang lalu.
Baca juga: PT MRT Jakarta Laporkan Aksi Vandalisme Kereta
“Kami sangat menyayangkan hal tersebut dan kini sedang dalam penanganan pihak kepolisian. Kami juga telah meminta kontraktor yang bertanggung jawab untuk kereta dan area Depo Lebak Bulus untuk mengambil langkah perbaikan yang diperlukan, di antaranya adalah meninggikan pagar area Depo Lebak Bulus yang bersinggungan langsung dengan area publik dan juga melakukan penambahan personel keamanan maupun kamera CCTV,” tegas ia.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono, juga menyampaikan kesiapan operasi dari direktorat yang dipimpinnya. “Kami terus melanjutkan kesiapan sumber daya di lingkungan MRT Jakarta, salah satunya adalah dengan menyiapkan sumber daya manusia Operation Control Center (OCC) nanti. Kami mengirim Kepala OCC, chief dispatcher, dan traffic serta Depo Dispacther untuk mengikuti pelatihan di Jepang dan Malaysia,” ungkap Agung. “Selain itu, menuju uji coba penuh atau trial run nanti, kami juga melatih OCC Dispatcher untuk mengikuti pelatihan oleh konsultan terkait manual OCC, kemampuan kepemimpinan dan softskill, serta pengelolaan fasilitas operasi yang nantinya akan disertifikasi oleh Direktorat Jenderal Kereta Api (DJKA) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia,” pungkas Agung. [NAS]